Senin, 12 Mei 2014

ANALISIS KASUS KECELAKAAN



Deskripsi KasusTerjun dari Lantai 20, Pekerja Proyek Tewas (Seputar Indonesia)Thursday, 24 March 2011Sumber :www.seputarindonesia.com

BANDUNG –Seorang pekerja, Agus Iding, 35, tewas seketika setelahterjatuh dari lantai 20 proyek pengerjaan Apartemen Panghegar di Jalan Merdeka, Kota Bandung, kemarin pukul 14.15 WIB.
Namun disayangkan, pihak proyek tidak melaporkan ke kepolisian. Berdasarkan data yang dihimpun di lapangan, korban yang bekerja sebagai mekanik leader konstruksi lift saat itu hendak mengecek lift di lantai 20. Saatpintu terbuka, seketika itu korban terdorong dan pintu tertutup otomatis dengan cepat, sedangkan kotak lift berada di lantai dasar.Korban pun langsung terjatuh hingga lantai GF. Salah seorang rekan kerja korban, Leman Nugraha, 20,
mengatakan bahwa korban terdorong sangat cepat.“Biasanya lift passenger ituselalu berada di lantai 20, ini malah di lantai GF; jadi pas dibuka, kosong,” jelas Leman. Saudara korban, Dadang, mengaku mendapat kabar kecelakaan tersebut sekitar pukul 16.00 WIB.“Kalau keluarga dapat kabarnya pukul tigaan, katanyakecelakaan,” ungkap Dadang di Rumah Sakit Bungsu, Jalan Veteran, Kota Bandung, tadi malam.
Korban tewas warga Jalan Cikuda RT 02/11,Cibiru,Kota Bandung, itu mengalami luka patah kaki dan mengeluarkan darah segar dari bibir, serta beberapa bagian tubuhnya mengalami pembengkakan. Korban langsung dilarikan ke RS Bungsu.Sementara itu,pihak pengembang hotel bungkam ketika ditanya wartawan mengenai kejadian tersebut. “No comment, saya nggak tahu,” ungkap beberapa pekerja dan pihak keamanan. Pihak kepolisian pun baru mengetahuinya sekitar pukul 17.30 dari pihak rumah sakit.
            Tim identifikasi langsung meluncur ke lokasi kejadian,tetapi pihak pengembang terlihat menutup nutupi. Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP Tubagus Ade Hidayat membenarkan terkait kejadian tersebut. “Iya,kita baru tahusekitar pukul 17.30,” ungkap Tubagus ketika dihubungi wartawan. Pihaknya pun saat ini memeriksa beberapa orang saksi yang mengetahui kejadian tersebut. Yugi prasetyo

Pekerja Projek Pembangunan Hotel Panghegar Tewas Terjatuh dari Lantai 20Rabu, 23/03/2011 - 21:11Sumber :www.pikiran-rakyat.com
BANDUNG, (PRLM).- Agus Iding (35) tewas setelah terjatuh dari lantai 20 tempat ia bekerja, di projek pembangunan Hotel dan Apartemen Panghegar, Jln.Merdeka, Rabu (23/3) siang. Agus adalah pekerja bangunan di projek tersebut. Sebagai mekanik leader konstruksi lift. Meskipun peristiwa terjadi pukul 14.15WIB, tapi kepolisian baru mengetahui  kejadian itu selepas pukul 17.30 WIB. Pasalnya, manajemen hotel tidak memberitahukannya ke kepolisian terdekat dan terkesan menutup-nutupi peristiwa itu. Polisi mendapat informasi dari RS Bungsu di Jln. Bungsu, yang sempat merawat korban.
Berdasarkan sejumlah saksi mata yang dimintai keterangan polisi,menuturkan, saat itu korban hendak mengecek lift di lantai 20. Lift baru terpasang pintunya saja. Sementara lift passenger berada di lantai dasar. Saat Agus memencet tombol, pintu lift terbuka dengan cepat.  Agus kaget sehingga terdorong ke dalam lift yang belum ada passenger lift-nya. Tubuh Agus melayangdan terhempas dengan keras di lantai GF (ground floor). Leman Nugraha (20), rekan kerja korban, mengatakan, peristiwa itu terjadi sangat cepat. "Biasanya,passenger lift, selalu ada di lantai 20. Tidak tahu kenapa, hari itu kok ada dibawah. Jadi pas pintu terbuka, liftnya tidak ada sehingga korban kaget dan jatuh," katanya kepada polisi.
Sementara itu, saudara korban, Dadang, ditemui di RS Bungsu,mengatakan, dia mendapat informasi tersebut sekitar pukul 16.00 WIB. Sementara keluarga lainnya mendapatkan informasi itu pukul 15.00 WIB. Berdasarkan identifikasi rumah sakit dan kepolisian, korban yang merupakanwarga Jln. Cikuda, Cibiru Kota Bandung itu, mengalami luka patah kaki,mengeluarkan darah segar dari bibir, dan sejumlah memar dan bengkak ditubuhnya. Kasat Reskrim Polrestabes Bandung Ajun Komisaris Besar Tubagus Ade Hidayat menuturkan, kepolisian baru mengetahui sekitar pukul 17.30 WIB. Polisipun telah memeriksa sejumlah saksi. Namun kepolisian menyayangkan dengan sikap manajemen hotel yang terkesan berusaha menutup-nutupi peristiwa itudengan tidak segera melaporkan ke kepolisian. (A-128/das)***

Jatuh Dari Lantai 20 Apartemen Panghegar, Agus Tewas SeketikaSumber :www.bandung.detik.com

Baban Gandapurnama – detik Bandung
Bandung - Agus iding (35), tewas seketika setelah jatuh dari lantai 20 proyek pembangunan Grand Royal Panghegar Apartement, sekitar pukul 14.15 WIB, Rabu (23/3/2011). Jenazah pekerja proyek itu langsung dibawa ke RS Bungsu, Jalan Veteran. Sebelum kejadian, Agus dan rekan kerjanya, Leman Nugraha (25), sedang mengecek lift ke lantai 20 bangunan tersebut. Agus ini bekerja sebagai mekanik leader konstruksi lift.
"Saat itu pintu lift dalam keadaan tertutup. Almarhum membuka pintu itu menggunakan tangan, dia masuk dan pintu tiba-tiba pintu menutup. Ternyata pas dibuka melompong, enggak ada boks liftnya," kata Leman ditemui di RS Bungsu. Diketahui, kata dia, boks lift berada di lantai bawah. "Biasanya juga liftpassenger itu setiap hari ada di lantai 20. Tapi tadi di bawah," ujarnya.Leman menambahkan, Agus tewas seketika di lokasi kejadian. Lalu jenazahnya diboyong ke RS Bungsu, "Kondisinya mulut berdarah, tubuh bengkakdan kaki patah," ungkapnya. Korban merupakan warga Jalan Cikuda, RT 2 RW 11
Kecamatan Cibiru, Kota Bandung. Dia sudah bekerja di proyek Apartemen Panghegar sejak Maret 2010 lalu. Sementara itu, pihak keluarga korban mengakudiberitahu pihak perusahaan dua jam setelah peristiwa tersebut. "Tadi dikasihtahu jam empat. Kalau kejadiannya enggak tahu. Tapi dibilang jatuh," ujar Dadang dari pihak keluarga korban saat ditemui di RS Bungsu.
Pantauan detik Bandung, sejumlah polisi yang diberi tahu oleh RS Bungsusekitar pukul 17.30 WIB, langsung mengidentifikasi data diri korban. Usai meminta keterangan keluarga korban dan rekan kerja, polisi meninggalkan RSBungsu sekitar pukul 19.30 WIB. Sementara jasad korban dibawa keluarga sekitarpukul 20.00 WIB. Pihak proyek yang ditemui di lokasi kejasian enggan berkomentar soal kasus ini. Enggak tahu. No comment," ujar seorang petugasproyek saat wartawan meminta konfirmasi.
Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Tubagus Ade Hidayat membenarkan kejadian tersebut. "Kami masih menyelidikinya. Sejumlah saksikami minta keterangan," ujarnya saat dikonfirmasi wartawan via ponsel. Sementara itu dihubungi secara terpisah PR Panghegar Restina Setiawan mengaku belum mendapat konfirmasi soal peristiwa itu. "Belum ada konfirmasi apa-apa, saya tadi pulang duluan. Jadi belum bisa ngomong apa-apa.  Mungkin besok saya bisa kasih keterangan," ujarnya.
.
Analisis Kasus
Pada kasus kecelakaan ini penulis menggunakan model analisis kasusTeori Domino yang berasal dari Heinrich (1930). Hal ini disebabkan  karena kondisi kasus kecelakaan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Heinrichini. Dalam Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan yaitu, kondisi kerja (environment), kelalaian manusia (person),tindakan tidak aman (hazard), kecelakaan (accident) dan cedera/kematian(injury).

1.      Identitas korban kecelakaan
            Pada kasus ini dapat kita ketahui bahwa korban bernanma AgusIding. Ia adalah seorang Pemimpin Konstruksi Lift dari proyekpembangunan Apartemen Panghegar di Jalan Merdeka, Kota Bandung.Dari artikel tersebut dpat kita kategorikan bahwa korban berkerja padabidang konstruksi bangunan dan sudah cukup berpengalaman karena iadiposisikan sebagai leader dalam proyek pembangunan lift apartemen ini.

2.      Identifikasi sumber bahaya
Dalam kasus ini korban melakukan tindakan yang tidak aman yaitu tidak menggunakan body harness/full body harness (Hazard yang berupaunsafe act). Sedangkan Menurut undang-undang keselamatan kerja,bekerja di ketinggian ini memerlukan fix platform atau memakai alatpelindung diri berupa full body harness. Selain itu, bila pekerjaan dilakukan pada tempat yang memiliki ketinggian lebih dari lima meter,diperlukan sebuah ijin khusus, yang mana ijin ini diperlukan untuk menganalisa bahaya apa saja yang mungkin terjadi dan menyiapkan alat pengaman yang cocok untuk meminimalisir resiko yang akan dihadapi bilabekerja pada ketingian tersebut.Working at High atau sering disingkat WaH, memiliki arti dalam bahasa Indonesia adalah bekerja pada ketinggian. Kategori bekerja pada ketinggian adalah melakukan pekerjaan yang memiliki ketinggian samadengan atau lebih dari 1,8 meter dari permukaan tanah. Kemudian dapat kita ketahui pula bahwa kondisi kerja(environment) pada saat itu mendukung terjadinya kecelakaan. Berdasarkan berita tersebut lift passanger biasanya berada di lantai 20 tempat korban berada, namun entah mengapa pada hari tersebut boxliftnya berada di GS (Ground Floor). Dari deskripsi berita yang diberikan dapat kita analisa bahwa korban melakukan kesalahan (fault of person),selain tidak memakai alat pelindung diri, korban tidak berlaku hati-hati terhadap segala kemungkinan yang ada. Disini mungkin ia merasa aman karena seperti biasanya box lift  berada di lantai 20, namun kenyataannya tidak.

3.      Kronologis kecelakaan kerja
            Dalam kasus kecelakaan yang terjadi pada Agus Icing ini merupakan sebuah kasus yang komplikatif. Artinya banyak penyebabyang dapat kita analisis didalamnya dan membentuk sebuah kemungkinan terjadinya kecelakaan yang pada akhirnya menimbulkan kerugian baiksecara langsung (direct cost) maupun tidak langsung (Indirect cost ). Pada kasus ini penulis akan menjelaskan kejadian berdasarkan teori yang dikemukaan oleh Heinrich pada tahun 1930 yaitu teoriDomino. Teori domino merupakan visualitas yang menggambarkanberbagai peluang dan sumber bahaya yang pada akhirnya mengakibatkan
terjadinya kecelakaan. Tahap-tahap kejadian pada kasus ini berdasarkan analisa berita yaitu sebagai berikut:

1.  Environment atau keadaan/kondisi kerja. Pada kasus inidigambarkan kondisi kerja yang menimbulkan resiko terjadinya kecelakaan yaitu Working at High atau WaH. Korban berada padaketinggian yang ditaksir lebih dari 40 meter karena berada pada lantai20 (estimasi 1 lantai = 2 meter).
2.  Kemudian pada kartu yang kedua sesuai dengan teori DominoHeinrich terdapat Fault of person (kelalaian manusia) yang bergerak/jatuh akibat dari kondisi kerja yang memungkinkan (kartupertama). Pada kasus ini kesalahan yang dilakukan korban adalah tidak berhati-hati pada setiap kondisi lingkungan yang ada, sehingga korban merasa jika dirinya sudah aman. Di sumber berita disebutkan bahwa “Saat pintu terbuka, seketika itu korban terdorongdan pintutertutup otomatis dengan cepat, sedangkan kotak lift berada di lantai dasar” atau “Saat Agus memencet tombol, pintu lift terbuka dengan cepat. Agus kaget sehingga terdorong ke dalam lift yang belum adapassenger lift- nya”. Dis ini dapat kita pahami bahwa korban terkejutdengan kondisi lift tidak berisi box-nya sehingga ia terdorong dan jatuh ke lantai dasar. Penulis berpendapat bahwa korban setelah membuka pintu, korban telah bersiap dan segera memasuki box-lifttanpa melihat ada atau tidaknya box-lift tersebut.

3.  Kartu yang ketiga adalah Hazard . Hazard dalam model Heinrich inidapat diartikan sebagai unsafe condition  atau unsafe act. Berdasarkan berita selain kondisi yang tidak aman karena berada pada ketinggian yang berisiko menimbulkan kecelakaan, korban juga tidak menggunakan APD seperti yang telah diatur dalam undang-undang keselamatan kerja, apabila melebihi ketinggian 1,8 meter maka harus menggunakan alat pelindung diri yang berupa body harness/full body harness.

4. Dari ketiga sumber bahaya tersebut yang saling berkolerasi dan “menjatuhkan” kartu berdasarkan urutannya maka timbulah sebuah Accident  (kecelakaan) yang terjadi di Bandung pada tanggal 23 Maret2011 di Hotel Panghegar pada pukul 14.15 WIB.

5.  Dampak dari semua runtutan kartu di atas berdasarkan modelDomino Heinrich menimbulkan sebuah kerugian (injury), dalam halini nyawa korban. Kerugian ini dapat berupa biaya kompensasi untukkorban. Selain kerugian langsung tersebut banyak lagi kerugian yangdi dapatkan pihak hotel Panghegar yaitu kerugian tidak langsungseperti, kerugian jam kerja, kerugian sosial, serta citra dankepercayaan pelanggan berkurang. Hal ini lebih berdampak karenakorban adalah mekanik leader dalam proyek pembangunan hoteltersebut.

Daftar Putaka:

Rabu, 02 Oktober 2013

Pengelolaan Limbah B3



ABSTRAKSI
Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri yang meningkatkan kadar kerusakan  lingkungan. Pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pola pemanfaatan sumberdaya alam harus memberi kesempatan dan peran serta aktif masyarakat, serta memikirkan dampak – dampak yang timbul akibat pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Untuk itu di perlukan suatu pemahaman yang cukup dalam menganalisis mengenai dampak terhadap lingkungan. Pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan dan pengelolaan hutan yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Permasalahan yang timbul dalam tulisan mengenai manajemen limbah bengkel ini ingin mengetahui seberapa parah limbah yang di hasilkan oleh bengkel baik pencemaran di air, tanah, udara dan mengambil salah satu contoh pencemaran yang di sebabkan oleh oli bekas. Biasanya dalam pembuangan limbah oleh ke lingkungan tidak melalui pengolahan terlebih dahulu, ini yg membuat lingkungan tercemar dan mengganggu aktifitas masyarakat.
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Jumlah populasi masyarakat yang mengalami peningkatan setiap tahunnya juga akan berdampak pada peningkatan akan kebutuhan transportasi. Alat transportasi yang umum digunakan oleh masyarakat adalah sepeda motor, hal ini dikarenakan sepeda motor sangatlah mudah didapat dan lebih fleksibel untuk masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang cukup tinggi. Peningkatan permintaan akan sepeda motor harus diimbangi dengan penambahan pelayanan untuk sepeda motor tersebut seperti bengkel. Dari kegiatan bengkel tersebut juga dihasilkan limbah yang berupa limbah B3 yaitu oli bekas, accu bekas dan  juga lap yang sudah terkontaminasi oleh pelarut atau pelumas. Walaupun oli bekas masih bisa dimanfaatkan, bila tidak dikelola dengan baik, maka akan membahayakan bagi  lingkungan. Sejalan dengan perkembangan kota dan daerah, volume oli bekas terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor dan mesin-mesin bermotor. Didaerah pedesaan sekalipun, sudah bisa ditemukan bengkel-bengkel sepi, yang salah satu limbahnya adalah oli bekas. Dengan kata lain, keberadaan oli bekas sudah sangat luas dari kota besar sampai ke wilayah pedesaan di seluruh Indonesia. Dari persebaran tersebut haruslah dilakukan pengawasan untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh limbah oli bekas tersebut. Oli bekas merupakan senyawa hidrokarbon yang dapat merubah struktur dan fungsi tanah sehingga produktifitas tanah menjadi menurun. Pencemaran oli bekas dapat terjadi dikarenakan tidak adanya sistem yang baku mengenai pengelolaan minyak pelumas bekas terutama dari bengkel – bengkel kendaraan bermotor (Hertien dan Wahyu, 2004). Selain oli bekas limbah bengkel lain yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran adalah tidak adanya pengelolaan limbah aki bekas, sehingga dapat mencemari lingkungan karena mengandung kadar timbal yang tinggi. Limbah timbal yang mencemari perairan dapat menyebabkan di dalam darah warga yang menggunakan air tersebut mengandung timbal yang akan membahayakan bagi kesehatan.
2.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari permasalahan diatas adalah sebagai berikut :
1.  Berapa jumlah timbulan dan komposisi limbah B3 yang berasal dari bengkel ?
2.  Bagaimana alur pengumpulan limbah B3 yang dihasilkan dari bengkel ?
3.  Bagaimana pengelolaan di sumber dan evaluasi pengelolaan limbah B3 (reduksi, pewadahan, penyimpanan sementara, pengolahan di sumber, serta pengangkutan) dari limbah B3 bengkel ?
3.    Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut didapat tujuan yaitu sebagai berikut:
1.  Mengidentifikasi jumlah timbulan dan komposisi limbah B3 dari bengkel.
2.  Mengidentifikasi alur pengumpulan limbah B3 dari bengkel.
3.  Mengidentifikasi pengelolaan di sumber dan mengevaluasi pengelolaan limbah B3 (reduksi, pewadahan, penyimpanan sementara, pengolahan di sumber, serta pengangkutan) dari bengkel.
4.    Ruang Lingkup
Tugas akhir ini memiliki ruang lingkup antara lain :
1.  Limbah bengkel terdiri dari bekas kemasan oli, limbah oli, limbah accu, sisa onderdil dan kain lap yang digunakan di bengkel.
2.  Identifikasi timbulan, karakteristik, pengelolaan limbah B3 (reduksi, pewadahan, penyimpanan sementara, pengolahan di sumber, pengangkutan) dari bengkel.
3.  Evaluasi pengelolaan di sumber meliputi reduksi, pewadahan, penyimpanan sementara, pengolahan disumber serta pengangkutan limbah B3 bengkel.
5.    Manfaat
Diharapkan dari penelitian ini manfaat yang akan didapat yaitu :
1.    Bagi pihak bengkel
• Menambah wawasan pemilik bengkel mengenai limbah B3 yang ada di bengkel serta  penanganannya.
• Adanya perbaikan untuk pengelolaan limbah B3 yang ada di bengkel terkait upaya reduksi, pewadahan, penyimpanan sementara serta pengangkutan yang membutuhkan manifest untuk limbah B3 bengkel.
  Mengetahui tata cara perijinan untuk pengelolaan limbah B3.
2.    Bagi Pemerintah
• Dapat digunakan sebagai masukan untuk perbaikan peraturan mengenai limbah B3 bengkel.

LANDASAN TEORI
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no.18 tahun 1999 dijelaskan bahwa limbah bahan beracun dan berbahaya (limbah B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat, konsentrasinya, atau jumlahnya yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan hidup dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup yang lain. Menurut Watts (1997) limbah B3 didefinisikan sebagai limbah padat atau kombinasi dari  limbah padat yang karena jumlah, konsentrasinya, sifat fisik, kimia maupun yang bersifat infeksi yang dapat menyebabkan kematian dan penyakit yang tidak dapat pulih, yang substansinya dapat membahayakan bagi kesehatan manusia atau lingkungan dikarenakan pengelolaan yang tidak tepat, baik itu penyimpanan, tansport, ataupun dalam pembuangannya.

Limbah yang dihasilkan dari bengkel
Limbah B3 juga dapat dihasilkan dari berbagai sumber dengan laju timbulan rendah, seperti industri dry clener, bengkel, proses cuci cetak film. Jenis penghasil limbah semacam ini yang memproduksi limbah lebih kecil dari 1 ton/bulan dikategorikan sebagai peghasil limbah B3 skala kecil. Limbah B3 dari penghasil berskala kecil dapat menyebabkan terjadinya bahaya besar apabila tidak dikelola dengan benar. Limbah B3 dari penghasil skala kecil biasanya dibuang ke TPA sampah kota, ke badan air, ke saluran drainase serta ke bukan tempat pengolahan dan pembuangan khusus limbah B3 (Trihadiningrum, 2000). Menurut Muliartha, dkk (2004), Limbah yang dihasilkan dari usaha perbengkelan juga dapat menyebabkan pencemaran terhadap air, tanah maupun udara disekitar apabila tidakdikelola dengan benar. Limbah B3 yang dihasilkan dari usaha bengkel antara lain : limbah padat dan limbah cair. Limbah B3 padat meliputi limbah logam yang dihasikan dari kegiatan usaha perbengkelan seperti skrup, potongan logam, lap kain yang terkontaminasi oleh pelumas bekas maupun pelarut bekas. Sedangkan limbah cair meliputi oli bekas, pelarut atau pembersih, H2SO4 dari aki bekas.
Dari permasalahan yang diakibatkan dari limbah B3 bengkel tersebut, di paper ini akan dibahas menganai jumlah timbulan dari masing – masing kategori bengkel dan juga pengelolaan yang ada di lapangan mengenai pengelolaan limbah B3 bengkel.

METODE PENULISAN
Studi Pustaka
Untuk memperoleh data-data yang mendukung maka digunakan referensi buku-buku literature yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

ANALISA DAN PEMBAHASAN
1.  Reduksi
Reduksi dilakukan untuk mengurangi jumlah timbulan limbah B3 bengkel dan mengurangi sifat bahaya dari racun yang dapat dilakukan. Usaha reduksi untuk limbah B3 bengkel yaitu :
  Menggunakan kembali onderdil – onderdil bekas yang masih dapat digunakan kembali.
  Menerapkan sistem K3 untuk menghindari terjadinya ceceran pelumas atau bahan bakar   dari motor sehingga mengurangi penggunaan majun yang terkontaminasi.
  Menggunakan kembali majun yang masih belum terlalu kotor

2.  Pewadahan
Pewadahan yaitu menampung pembuangan dari bengkel :
  Limbah yang memiliki karakteristik yang berbeda tidak boleh disimpan dalam satu kemasan untuk menghindari terjadinya pencampuran dari 2 sifat limbah B3 yang berbeda yang dapat mengakibatkan reaksi yang tidak diinginkan.
  Kemasan limbah B3 harus terbuat dari bahan yang sesuai dengan karakteristik limbah B3 tersebut, tahan lama, tidak mudah berkarat, dan tidak bocor. Kemasan harus diganti apabila terdapat kerusakan atau kebocoran pada kemasan.
  Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan pada saat dilakukan
pemindahan atau pengangkutan.

3.  Pengangkutan
Pengangkutan ini dilakukan untuk mengolah limbah bekas bengkel, yaitu dengan mengumpulkan sisa limbah dan mengirimnya ke tempat pengolahan limbah karena setiap bengkel tidak semua bisa mengolah limbah dengan baik maka di haruskan mengolahnya ke sumber yang bisa mengolahnya.

KESIMPULAN
Dari sebagian bengkel yang berdiri di Indoneisa masih perlu banyak dibenahi dalam pembuangan limbah yang memberi dampak bahaya bagi kelangsungan hidup makhluk hidup pencemaran itu meliputi udara, tanah, air dan lain lain. Seharusnya dalam pembuangan limbah harus diolah dahulu sebelum di buang ke alam, pengolahannya pun harus melewati beberapa tahapan dan tidak hanya sekali, mungkin beberapa kali dan ini di perlukan sosialisai langsung untuk menahan pembuangan yang tidak melawati proses tersebut dan dari setiap individu itu harus diubah pola berpikirnya.
Daftar Pustaka :
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-19624-3308100043-Paper.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah